Rabu, 03 November 2010

Tanggung Jawab dan 4 Matra


Kuliah Sejarah dan Teori Arsitektur 1
Bapak Galih Widjil Pangarsa


Prolog
Saat masuk kelas, saya sudah menduga Bapak Galih akan berbicara mengenai 2 hal penting di awal pertemuan.
- Yang pertama mengenai bencana yang telah dialami Indonesia pada akhir-akhir ini. Bapak Galih menekankan kepada kita, tentang letak Negara Indonesia terhadap pintu Ka’bah. Indonesia tidak sama dengan Negara lain ayng melakukan maksiat tidak ada balasan langsung. Indonesia berbeda, balasannya akan langsung. Anda dapat membaca Kajian Bapak Galih mengenai hal ini lebih lanjut di: http://kajianbudayailmu.blogspot.com/
 - Yang kedua, mengenai komputer di ruang B.3.3. Penjelasan mengenai mengapa Bapak Galih tidak mengajar pada kelas pagi menurut saya sangat bisa diterima. Dan menurut saya agak kurang bisa ditangkap jika saya tuliskan di sini. Saya sempat terhenyak saat Bapak Galih berkata kurang lebih, “Bukan masalah komputernya, tapi masalah tanggung jawab. Kebaikan si pembawa laptop, membuat lembaga ini menjadi tidak bertanggung jawab.” Nah, bisa gitu..
- “Baiklah hari ini kita kuliah.” kata Pak Galih, dan saya kaget sesaat setelah Pak Rusdi masuk kelas.dan Pak Galih menanyakan mengenai Tanggung Jawab kepada kelas. [Btw, kata Pak Galih terima kasih kepada sang pembawa laptop, Sandi .red].

Pembahasan
Jika Anda belum memiliki file presentasi hari Senin, 1 November 2010, dapat didownload di link berikut: [File size 13.7MB]. Buka presentasinya, baru membaca blog ini :)

Mengantar Rancangan Arstitektur Kembali ke4 Matra
Arsitek kontemporer tidak hanya bekerja untuk tiga matra saja. Arsitektur muncul sebagai perwujudan manusia yang jelas memiliki empat matra. Apa yang ada dibalik tiga matra adalah matra keempat yaitu dimensi energi. Dengan belajar sejarah kita akan melengkapi tiga matra dengan matra keempat.
Pak Rusdi menambahkan bahwa dimensi keempat yang dimaksud adalah rasa, sense. Namun menurut saya, kata: dimensi energi sebagai matra keempat sudah cukup jelas.

Contoh 1:
Pernah kita mengalami, mengunjungi suatu bangunan yang bermaterial jelek namun menimbulkan rasa nyaman. Mengapa? Itulah matra keempat.

Contoh 2:
Orang desa masuk ke kota. Atau orang kota masuk ke desa. Pasti ada sesuatu hal yang berbeda. Ada perasaan kenyamanan yang berbeda, lebih plong saat kita berkunjung ke desa. Bukan karena pengaruh cahaya matahari, hembusan angin atau kelembaban. Namun ada suatu ikatan perasaan dengan alam. Itulah matra keempat. [Untuk lebih jelasnya silakan berdiskusi dengan Ani.]




Contoh 3:


Saint Benedict Chapel yang menggunakan material dari alam. Berbeda dengan pabrifikasi. Manusia diciptakan dari tanah. Hasilnya akan lebih baik jika manusia menyentuh apa-apa yang berasal dari tanah dan alam.


Matra
Matra adalah paradigma tertentu untuk meninjau sistem dan struktur ketenagaan, waktu dan materi dari sesuatu (being). Jika diibaratkan, energi, waktu, materi (ruang) merupakan sumbu x, y, z.

Semua hal pasti bersistem dan berstruktur, karena hal tersebut merupakan hukum alam.



Contoh:
Tidak hanya rumah saja yang bersistem dan berstruktur.
1. Manusia. Manusia bersistem dan berstruktur. Tangan manusia terdapat tulang yang merupakan struktur. Saat tangan manusia disulut api akan banyak hal yang terjadi, seperti refleks menghindar, berteriak aduh, atau bergerak menjauh, itu semua merupakan suatu sistem. [Untuk lebih jelasnya silakan berdiskusi dengan Syarifah dan sebelahnya, dengan kasus berbeda yaitu menggigit jari teman]
2. Kursi. Kursi jelas memiliki struktur. Saat ada seseorang menduduki kursi, kursi akan menyerap panas. Itu salah satu contoh suatu sistem partikel.
3. Dan lain sebagainya.

Satu Matra
Paradigma garis kerangka fisik (visual) untuk meninjau sistem dan struktur materi dari sesuatu (being).

Dua Matra
Paradigma bidang/planar fisik (visual) sistem dan struktur materi dari sesuatu (being).

Tiga Matra
Saat dua matra ditambah planarnya akan menjadi spasial yaitu tiga matra.
Paradigma ruang/spasial fisik (baik Euclidean-teratur maupun NonEuclidean-tidak teratur), termasuk partikel atomic untuk meninjau sistem dan struktur materi dari sesuatu (being).

Empat Matra
Paradigma holistik (terpadu) untuk meninjau sistem dan struktur ketenagaan waktu dan materi dari sesuatu (being).

Arsitektur nusantara kita sudah sejak dahulu mewujudkan matra keempat. Yaitu hubungan rumah dengan lingkungan atau ritual dengan lingkungan.

Dalam kehidupan sehari-haripun kita mengalami empat matra.
Contoh 4:
Pernahkah Anda digunjingkan teman? Lalu Anda mendapat informasi bahwa teman Anda menggunjingkan Anda. Saat Anda bertemu teman Anda tersebut, teman Anda tiba-tiba bersikap agak aneh, padahal Anda tidak berbuat apa-apa. Itulah matra keempat. [Untuk lebih jelasnya silakan berdiskusi dengan Piu.]





Pengantar diskusi untuk Implementasi
Pada Gambar terlihat bangunan Go’o Shrine: Tangga bermaterial kaca dimaksudkan agar tidak terlalu berpisah dengan alam







Dapat dilihat pada slide “Bandingan dari Enrique Morten”
Enrique merupakan arsitek berumur 48 yang masih cukup muda untuk menerima proyek-proyek raksasa seperti itu. Karena biasanya, arsitek sepuh saja yang bisa mendapatkan proyek raksasa.




[Silakan melihat slide Flash]


Jika memperhatikan ketiga gambar diatas, yang paling enak untuk dipandang adalah gambar ketiga (menurut seorang peserta kuliah). Hal ini dibenarkan Pak Galih, karena: 1) Vegetasi yang menyatu dengan bangunan, 2) Proximity kedekatan. Jarak yang dekat dibanding yang jauh akan memberi kesan berbeda. Sehingga, jarak/distance sangatlah penting dalam arsitektur. [Untuk lebih jelasnya silakan berdiskusi dengan Silvi]



Contoh proses suatu desain arsitek:
Pak Adi Purnomo
Membuat maket tidak hanya satu, tapi berpuluh-puluh. Semua diperhitungkan secara presisi, arah cahaya, sudut pembayangan, dsb.

Sebelum slide Terakhir, terdapat foto Studi-o Cahaya, Jakarta, 2009. Foto ini sangat istimewa. Apakah teman-teman tau, Mengapa foto ini istimewa? [Mari berdiskusi :D]

Epilog
Autocad 3D atau 3D max itu tiga dimensi atau dua dimensi?
Coba saja buka program tersebut . Setelah dipegang Cuma 2D.
“Pantesan desainmu goro thok.” satu kritikan yang oke (lagi) dari Bapak Galih.

Yang dinamakan Arsitek itu bukan merima proyek atau mengemis proyek.
Tapi yang benar-benar bisa dinamakan arsitek adalah yang berani menolak proyek. [Dengan contoh kasus penolakan proyek tempat karaoke berbau prostitusi].

Selain itu, Bapak Galih menunjukkan beberapa foto tentang metode/proses desain Pak Eko Prawoto. Jika Pak Mamo lebih menggunakan Rasionalisas, Pak Eko Prawoto lebih menggunakan Intuisi. Saat ditanya mengenai lebih baik mana Rasionalisasi atau Intuisi, Bapak Galih menjawab, “Gunakan sesuai proporsi. Pendekatan desain rasionalistik dan intuitif mesti berimbang/proporsional sesuai dengan tahap desain. Awalnya, umumnya (tanpa disadari) intuitif; pendekatan desain tak harus rasional; arsitektur bukan hanya engineering, tetapi juga seni, bahkan sebetulnya adalah pengetahuan-ilmu yang multi disipliner. Tahap akhir desain, mau tak mau harus rasional, karena desain mesti dijelaskan kepada (minimal pada pemilik proyek/owner dan) publik.” [Untuk lebih jelasnya silakan berdiskusi dengan Serra]

[SEKIAN]

-Mohon maaf jika terdapat kesalahan maupun kekurangan.
-Mohon dibaca dan melihat slidenya, beberapa tidak saya jelaskan karena di skip oleh Pak Galih.
-Terima kasih kepada Bapak Galih yang telah mengunjungi blog ini, dan melurusan beberapa hal.
Ariya Web Developer

Afif Zakariya seorang mahasiswa arsitektur yang memiliki hobi travelling, membaca, berenang, dan menulis blog. Dia bercita-cita untuk menguasai dunia.

3 komentar:

  1. Dapat dilihat pada slide “Bandingan dari Enrique Morten” (Itu fotonya siapa? Frank Gehry ya? Lupa.) Itu foto pak Enrique. Galih W. Pangarsa

    BalasHapus
  2. Meluruskan sedikit:

    "Ada kalanya intuisi harus dipertanggungjawabkan/ dibuktikan dengan Rasionalisasi. Dan Rasionalisasi tidak terlepas pula dari Intuisi.”

    Pendekatan desain rasionalistik dan intuitif mesti berimbang/proporsional sesuai dengan tahap desain. Awalnya, umumnya (tanpa disadari) intuitif; pendekatan desain tak harus rasional; arsitektur bukan hanya engineering, tetapi juga seni, bahkan sebetulnya adalah pengetahuan-ilmu yang multi disipliner. Tahap akhir desain, mau tak mau harus rasional, karena desain mesti dijelaskan kepada (minimal pada pemilik proyek/owner dan) publik.

    Galih W. Pangarsa

    BalasHapus
  3. Terima kasih banyak pak, sudah saya edit kembali.
    Mohon maaf jika banyak kekurangan.

    BalasHapus